Tanggal 15 Sepetember 2012 mengantarkanku pada titik hijau di Cirebon, Munas NU. Musyawarah dan Konferensi besar NU tahun ini bertempat di Pondok Pesantren Kempek Cirebon sebuah Pesantren milik Keluarga Said Agil Siradj (Ketua PBNU). Perjalanan di mulai dari Depok sekitar Mako Brimob Kelapa Dua untuk menuju ke rumah Bapak Ahmad Suady (Wahid Institute). Beliaulah yang akan memberikan tumpangan mobil kepada kami.
Kami, ya kami (saya (Universitas Kehidupan) dan bang Baim (lulusan Ilmu Politik UI)) segera saja menuju ke rumah bapak Ahmad Suaedy yang tidak jauh dari Mako Brimob, tapi kami hanya sebentar saja di kediaman beliau karena kita semua akan menjemput teman yang satu lagi yang bernama Dr. Greg Barton (penulis biografi Gusdur) dari Monash University.
Tanggal 15 September sepatutnya saya mengikuti sidang LPJ Kuliah Kerja Nyata di balai Sidang BNI kampus UI tercinta. Mungkin set back nya demikian (saya ajak ke kehidupan 2 bulan yang silam):
Cerita dari Karimata
Fajar baru saja menampakkan diri, tiba-tiba
terdengar suara keras dari haluan kapal yang tidak lain adalah jangkar KRI
Teluk Celukan Bawang yang di tancapkan di dasar laut sekitar pulau Serutu kabupaten
Kayong Utar Kalimantan Barat yang tidak jauh dari perairan internasional Laut
Cina Selatan. Tanggal 22 Juni tepatnya kami berada di perairan pulau Serutu
untuk kemudian di jemput perahu motor milik penduduk Karimata, dimana desa
Padang di kecamatan kepulauan Karimata adalah titik lokasi dari tempat
pengabdian kami untuk menjalankan program Kuliah Kerja Nyata UI 2012 (K2N UI).
Di
desa Padang Kecamatan Kepulauan Karimata ada 23 peserta K2N UI yang terbagi
atas empat dusun yaitu Dusun Tanjung Eru, Pantai Lestari, Benteng Jaya, dan
Sungai Abun. Awalnya yang diturunkan pada tanggal 22 Juni terdiri dari sekitar
46 peserta yang kemudian diangkut ke pulau Serutu, Pulau Pelapis, dan Desa
Betok, dan Desa Padang. Untuk yang Betok dan Pelapis sebelum ke titik lokasi
K2N meraka menginap dulu di Desa Padang untuk mengikuti kegiatan upacara
pembuakaan K2N UI secara Nasional yang di hadiri oleh bupati Kayong Utara
(Hildi hamid) dan komandan Armabar (Laksda TNI Sadiman SE) serta pihak UI yang
dihadiri oleh ketua pelaksana K2N UI (Dra Sri Murni M. Kes), Direktur
Kemahasiswaan (Dr. Kamarudin), dan Kasubdit Pengayaan dan softskill mahasiswa
(Arman Nefi). Acara sambutan begitu meriah dan memotivasi kami untuk mampu
beradaptasi hingga batas waktu yang telah ditentukan yakni sebulan menjalankan
program.
Ada
beberapa program yang dibawa ke desa Padang yang tidak lain adalah Rumah
Kreatif, Pencerahan Hukum, Kesehatan Untuk Semua, Kesehatan Lansia, Kampung
Berseri. Masing –masing menjalankan programnya dengan seoptimal mungkin, dimana
di desa Padang sendiri masih banyak kasus yang sangat erat kaitannya dengan
program-program tersebut seperti masih tersebarnya bibit penyakit seperti
Malaria, masih banyaknya sampah di sekitar jalan, kurangnya fasilitas
pendidikan yang hanya ada sekolahan dasar hingga sekolah menegah pertama, serta
kasus ketidak milikan sertifikat tanah maupun kartu tanda penduduk. Masyarakat
disini bergantung pada musim dan fokus hanya pada pendapatan laut. Mungkin
karena kurang adanya sosialisasi pengelolaan hasil darat seperti pertanian dan
perkebunan menjadikan kurangnya skill bertanam, kasus yang utama adalah masih
berstatusnya pulau Karimata sebagai cagar alam sehingga sangat terbatas mereka
mengelolah lahan hutan.
Pulau
Karimata yang masuk dalam Kabupaten Kayong Utara awalnya merupakan wilayah
Kabupaten Ketapang sampai akhirnya terjadi pemekaran dan sekarang memasuki usia
yang ke – 5. Meski masuk dalam daftar kabupaten baru tetapi kebijakan
pemerintahannya dinilai sangat positif dimana terdapat program kesehatan dan
pendidikan gratis serta seragam sekolah gratis. Hanya saja karena notabenenya
wilayah Karimata terpencil sehingga membuiat masyarakatnya enggan melanjutkan
sekolah lanjutan di kabupaten yang jaraknya teramat jauh dengan menggunakan perahu
motor selama 8-12 jam untuk ke Sukadana, Ketapang, maupun Pontianak.
Melihat
hal demikian kami merasa miris sebagai warga pelajar dari ibu kota yang segala
fasilitas pendidikan sangat terjangkau namun kadang tidak dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Setelah kami datang kesana kami menyadari bahwa wilayah
Karimata merupakan wilayah yang teramat indah dan sangat potensial baik bawah
lautnya yang memiliki keindahan luar biasa dan potensi ikan yang melimpah serta
keindahan daratnya yang masih perawan seperti pemandangan gunung cabang yang
terkenal dengan cerita bidadari yang mandi di puncak gunung. Sebagai Kabupaten
baru tentunya Kayong utara membutuhkan bantuan yang lebih intensif dari pemerintah
pusat untuk mengembangkan wilayah ini.
Kedatangan
peserta K2N UI tentunya tidak merubah segalanya apalagi melihat kami yang masih
perlu belajar lebih banyak terhadap segala sesuatu, justru masyarakat Karimata
lah yang mampu mengubah karakter kami untuk lebih cinta kepada negeri ini dan
lebih giat belajar dan serius dalam melaksanakan sesuatu demi terciptanya
Indonesia yang tetap bersatu dalam naungan NKRI. Tentunya program sebulan yang
bisa di bilang program instan dari mahasiswa UI di K2N UI tentunya berbeda
dengan program yang dilakukan dalam jangka panjang, namun demikian setidaknya
kami telah memberikan setetes keringat terhadap sahabat-sahabat kami di
Karimata yang terpencil ataupin sengaja di pencilkan.
Hingga
akhirnya kami harus segera berkemas dan meninggalkan Karimata pada tanggal 18
Juli 2012 karena KRI Teluk Celukan Bawang sudah menjemput kami. Tetesan air
mata dari masyarakat yang senantiasa kami sapa ketika menjalankan program-program
terus jatuh ke tanah begitu juga dengan kami yang seolah-olah tak ingin
berpisah dari mereka karena sudah menganggap mereka layaknya keluarga. Satu
bulan memang waktu yang singkat untuk mengabdi tetapi kami sedari awal sudah
memupuk benih persaudaraan kepada mereka sehingga perpisahan kami dengan mereka
amatlah mengharukan.
Mulai
dari kerja bakti, belajar, mengaji, berladang, maupun naik sampan kami lakukan
bersama mereka. Tentunya itu hanya beberapa kecil kenangan yang ada, intinya
kami berusaha memabaur bersama mereka dalam segala kegiatan yang bertujuan
membangun wilayah desa Padang dengan kemampuan yang kami miliki. Yang jelas
dapat dikatakan ilmu yang kita tuntut selama ini di kampus belumlah lengkap
ketika tidak diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Kuliah kerja Nyata UI
yang selama ini di fokuskan ke daerah terpencil memang sangatlah bermanfaat
untuk peserta K2N maupun lokasi yang dijadikan program K2N UI. Salam dari Kami
untuk Karimata.
Kurang lebihnya seperti itulah ceritanya.
Kembali ke cerita Munas NU, setelah menunggu Greg Barton cukup lama di Bandara Soeta akhirnya kita pun berjumpa di depan parkir F bandara Soeta dan segera menuju Cirebon. Dalam perjalanan menuju Cirebon saya memberikan tulisan saya yang dimuat di media (yang membahas sedikit tentang Gusdur) kepada Greg Barton, dan ia pun mengucapkan terimakasih atas pemberian itu.
Inti dari cerita ini tentunya menetukan suatu perkara memang butuh keyakinan luhur. Presentasi LPJ tentunya luhur seperti halnya menetukan perkara umat di Munas NU (saya sendiri bukan tamu utama tapi tamu kultural), tetapi apabila tujuan kita adalah nilai materi maka NIAT yang kita dengungkan dari awal untuk pengabdian (utamanya dalam kasus K2N UI) maka seolah-olah kenangan indah pengabdian secepat angin akan lenyap. Mungkin secara sok idealis apa yang saya lakukan kemarin dengan tidak mengikuti sidang LPJ adalah bentuk otokritik terhadap diri sendiri, tetapi bagaimanapun juga nilai 3 SKS K2N itu perlu bagi Mahasiswa karena itu bagian dari reward mereka mengikuti kegiatan ini. (Tidaklah menyesal, tetapi tetap tersenyum pada sebuah pilihan)
SALAH SATU HASIL MUNAS NU CIREBON ADALAH "HUKUM MATI KORUPTOR"
Comments
Post a Comment