Skip to main content

Posts

Showing posts from 2014

Desing Kereta Kertajaya

Waktu itu.. Awal Januari 2014 di musim penghujan yang penuh ragu bahkan pilu Saat insan banyak berpuisi atas tetes hujan, berkeluh, bersyukur Seorang wanita datang, tanpa firasat, tanpa mimpi, tanpa wahyu Bukan bidadari, bukan peri hutan pinus, atau dewi kahyangan Mengawali takdir, kisah, cerita, satire ini atau entahlah...   Dalam desing roda kereta Kertajaya tujuan akhir Surabaya Keyakinan itu bermula, sebuah keyakinan tanpa dasar matematika Hanya berlandas keyakinan yang dapat ditepis Seperti mendung pertanda hujan akan datang, hanya akan... Pandangan yang terjaga runtuh seketika Hati terkunci, membuka secepatnya Kelopak mata yang kokoh, runtuh dan berkaca-kaca Ini apa? bisik dalam kalbu, pikir tersipu Naluri jatuh cinta, ya aku tahu naluri jatuh cinta.. Tapi tak sewajarnya, tak biasanya.. Lebih dari sekadarnya.. Seolah rasa rindu, rindu berwindu-windu Entah, seolah pernah bertemu di alam mana.. mungkinkah di padang takdir Hingga membuat hati meronta, dan air

Marhaenuisme

Strategi “Marhae-NU-isme” Di dalam sejarahnya Marhaen merupakan nama seorang rakyat jelata yang diabadikan oleh presiden Soekarno sebagai ideologi yang lahir dari alam pikirnya. Ideologi itu bernama Marhaenisme, paham akan kepedulian terhadap rakyat kecil seperti petani, pedagang, dan nelayan. Berbeda dengan konsep proletar ala komunis di Eropa yang mencirikan masyarakat tanpa memiliki alat produksi. Strategi peduli nasib rakyat kecil melalui konsep “Marhaen” menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan di tengah proses pencalonan presiden  yang belangsunng.                                                                                                                                          Dapat kita saksikan kedua calon presiden saat ini untuk masa kepemimpinan 2014-2019 yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo yang notabenenya berasal dari partai yang berbeda, Prabowo dari partai Gerindra dan Jokowi dari partai PDI Perjuangan namun konsep kepemimpinan yang disuarakan tida

Kristal dalam Kabut

Cahaya yang menembus kabut tak ubahnya kristal, membelalak mata dan mencandu kalbu Hanya ingin berbagi, aku dan sahabatku terperangkap dalam butir-butir kristal berkabut Bukan sebatas lautan awan, tapi cahaya temaram yang berujar dalam ketinggian  Aku, sahabat dan Puncak Gede Memang terkadang menjenuhkan ketika harus mendaki gunung yang sama, tapi itu semua hanyalah fatamorgana, yang aku tahu aku selalu menemukan makna hidup, makna tawa, dan makna canda saat berjalan dengan sahabat. Ini bukan foto malaikat, aku hanya ingin berbagi kristal dalam kabut. Aku kira memang itu, itu adalah Kristal dalam Kabut, ya Kristal dalam Kabut. Ia adalah sepercik jejak, layaknya cinta yang tak pernah disengaja. Ia datang mewarnai, penuh rindu, dan penuh warna meski kadang jenuh dan lelah. Salam dari kami "Yojana" (Langkah Jauh, Cinta, Sederhana) dan Edelweis yang abadi layaknya kerinduan serta Langit yang kokoh layaknya hati yang mencinta

Guratan Musim

Sajak Peralihan Spanduk melayang-layang, melambai Bolong atau apalah berlubang Menggigil terkena angin malang peralihan, tak tenang Reklame turut bergoyang, mengecoh Sedikit menjijikan, gambar erotis Sekian spanduk dan reklame bergambar kunang-kunang Wajah-wajah serayap,semena, cecunguk penuh harap Pilih aku, maka ku akan dan akan, caleg, si calon gebleg Sajak peralihan musim, menimpa, kaku Tak bernama hanya berkisah, sporadis, spontan Lantun melantur   menegur, tak koheren Gerimis berkicau merundukkan debu-abu wasiat , menyentak Memang berjarak, tapi bintang yang terlihat sama Sajak Peralihan Berkisah kerinduan di bukit selayar, bukit beratap lintang, beralas embun, selimut senyap Sajak Peralihan Biarkan musim berganti,   menggelorakan lantunan abadi Meratap basahnya langit, mencurah, menjatuhi Berujar, menabur, merangkul, menyandang, meradang, mengalun wujud peraduan Sajak peralihan   Salam rinduku pada hujan yang hampir pudar Ia me