Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2013

Buruh Alih Daya

Buruh Alih Daya dalam Kampus Megah          Bukan hal yang langka jika sebagai mahasiswa kita melihat di beberapa titik kampus Universitas Indonesia (UI) terdapat para pekerja  yang masih menyapu jalanan, memotong rumput, seorang yang duduk sambil menjaga sepeda kuning kebanggaan anak UI dan  beberapa satpam yang sedang keliling kampus untuk patroli.          Bukan hanya di kawasan industri seperti halnya di Jababeka, Kota Cikarang, Kabupaten Bekasi atau di kawasan industri lainnya di beberapa tempat seperti Jakarta, Bogor, dan Bandung, kita bisa menyaksikan buruh alih daya ( outsourching ) di kampus UI yang memang membutuhkan banyak pekerja dalam rangka menjaga dan merawat luasnya kampus, dan dalam hal ini yang menjadi soroton adalah para pekerja outsourching yang ada di UI. Para pekerja outsorching pada umumnya dipekerjakan oleh yayasan ketenagakerjaan yang sudah menjadi rekanan dengan sebuah perusahaan maupun institusi seperti UI ini untuk kemudian melakukan sebuah

“Drakula” Penghisap Bawang

“Drakula” Penghisap Bawang                     Drakula yang biasanya takut terhadap bawang justru di negeri ini para “Drakula” menghisap bawang dari luar negeri untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya dan melemahkan potensi pertanian yang ada di dalam negeri. Kebijakan-kebijakan yang terkesan pragmatis atau mencari hal yang paling enaknya saja tentunya terlihat dari kebijakan pemerintah khususnya dalam hal ini Kementrian Pertanian yang tidak mampu membina atau mencari solusi bijak bagi para petani bawang di dalam negeri.                       Kebijakan impor bawang dari negara pengekspor telah membuat petani bawang merasa dirugikan baik secara moril maupun materil. Dari segi moril tentunya banyak petani yang lebih memilih beralih ke objek pertanian lain daripada harus menanam bawang tetapi hasil panennya tidak dilirik oleh pasar karena bawang impor telah merambah ke pasar-pasar tradisonal dengan harga yang lebih murah dengan ukuran yang lebih besar pula. Sedangkan kerugia

Nyepi dan Retorika

      Hari raya Nyepi tahun 1935 Saka, tentunya menjadi momen yang istimewa bagi segenap masyarakat ketika melihat  kondisi bangsa yang begitu runyam seperti saat ini .  Para penguasa yang dalam praktiknya memainkan retorika dan pencitraan tentu bertolak belakang dengan prinsip nyepi dalam hari raya Nyepi yang tentu saja mengandung nilai dari sebuah kata “ Sepi ing pamrih, rame ing gawe” yang bermakna sepi dalam pamrih, dan rame dalam bekerja. Hal ini yang bertolak belakang dengan para politikus yang hobinya mencari suara dukungan dengan obral janji melalui retorika yang membodohkan masyrakat karena banyak dari obral janji mereka yang tidak dilaksanakan atau “ Rame ing pamrih, sepi ing gawe” ramai dalam pamrih (retorika, dan janji), sepi dalam pekerjaan (realisasi). Politik pencitraan         Pilihan menjadi aktivis parpol tentunya menuntut menjalankan konsekuensi sistem kepartaian agar partai yang dinaunginya menjadi dambaan bagi para masyarakat pemilih (khususnya pemilih p

Babad Demokrat

Babad Demokrat Punika sejarahipun para ratu ing tanah Jawi, wiwit saking Nabi Adam, Nabi Adam apaeputra Sis, Sis aeputra Nurcahya, Nurcahya apeputra Nurasa, Nurasa apeputra Susilo Bambang Yudhoyono, Susilo Bambang Yudhoyono apeputra Anas Urbaningrum (Putra ingkang mboten dipun kengingi) yang artinya Ini adalah sejarah para raja di Jawa dari nabi Adam, Nabi Adam berputra Sis, Sis Berputra Nurasa, Nurasa berputra Susilo Bambang Yudhoyono, Susilo Bambang Yudhoyono berputra Anas Urbaningrum (Putra yang tidak diinginkan alias anak haram). Sepenggal kalimat berbahasa Jawa di atas adalah plesetan dari halaman awal Babad Tanah Jawi yang bercerita tentang garis keturunan raja Jawa. Hanya ingin berbagi cerita, bahwa apa yang terjadi di dunia perpolitikan bangsa Indonesia ini penuh dengan dagelan yang “menggelitik” di tengah ketegangan penangkapan para petinggi partai politik. Kita hanya disuguhkan oleh beragama perpektif yang membuat kita ragu akan kebenaran yang semestinya tegas u