Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

3 Hari Memebelah Jawa Tengah

Pagi itu 15 Agustus 2013 aku yang sudah memiliki janji dengan sahabat ku yang bernama Khoiron Anwar (lulusan Fisika FMIPA UI 2013) berencana mendatanagi seorang sahabat kami yang bernama “Puteri” di wilayah Purbalingga. Laju bus mengantarkan saya ke Terminal Tegal sebagai  lokasi pertemuan kami, saya sendiri berasal dari Pemalang dan sahabatku berasal dari  Brebes. Kita adalah teman kampus di Universitas Indonesia yang saat ini sedang mendapat libur semester dan hari raya idul fitri. Perjalanan sempat mengalami kendala karena bis yang saya naiki bukan tujuan Tegal tetapi tujuan Purwokerto, merasa di tipu kernet saya pun turun di dekat Pemalang kota untuk mencari bis jurusan Tegal dan ternyata saya mendapatkannya hingga akhirnya sampailah ke destinasi yang diharapkan yakni di Mushola Terminal Tegal. Awalnya sempat bingung untuk menuju ke Purbalingga, apakah lewat Bumiayu ataukah lewat Pemalang sehingga harus putar balik kembali perjalanan yang sudah saya lalui dari Pemalang ke Tegal

Runtuhnya Kembali Majapahit

Runtuhnya Kembali Majapahit Oleh Akbar Priyono Kebudayaan dan peradaban adalah hal-hal yang sulit dipisahkan baik secara pengertian maupun secara bentuk wujud, esensi, etimologi dan eksistensi. Meskipun secara garis tegas kebudayaan dan peradaban memiliki definisi yang memiliki ruang acuan tersendiri. Beberapa pakar lebih meilhat budaya sebagai hasil olah masyarakat yang sifatnya spiritual (nilai), sedangkan peradaban pada konteks hasil kebendaan (alat untuk hidup). Pengertian-pengertian ini hanya sebagai pengantar pembahasan situs Trowulan yang dikabarkan diambang kehancuran akibat berapa faktor. Trowulan yang merupakan ibu kota Majapahit pada masanya sebelum runtuh yang pertama tahun 1400 Saka ( sirna ilang kertaning bumi)/ 1478 M adalah kerajaan maritim raksasa di tanah Jawa bagian Timur, dikagumi kawan maupun lawan. Abad ke-21 ini kita hanya bisa melihatnya dalam bentuk artefak sejarah yang luar biasa kayanya, tapi ada ancaman keruntuhan Majapahit untuk yang kedua kalinya ji

Mahkamah Kongkalikong

                             Mahkamah Kongkalikong                                    Oleh Akbar Priyono*         Menyikapi kasus penangkapan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentu tidak berbeda jauh dengan sikap semua rakyat yang miris dan sedih mendengarkan berita ini dan menginginkan agar institusi MK dibubarkan ataupun menghukum berat ketua MK. Mahkamah konstitusi yang menjadi muara terkahir sebuah kasus hukum di Indonesia dan ibaratnya adalah malaikat bagi segenap masyarakat tetapi justru menghianati nilai kebenaran yang sepatutnya dijunjung tinggi.                Tentu saja hal yang tragis dan ironi ini sepatutnya menjadi pembelajaran setiap manusia yang masih sadar akan kebenaran. Bahwa kekuatan dan kekuasaan di negeri ini masih condong berpihak kepada ketidakbenaran karena diisi oleh kepentingan-kepentingan golongan. Hukum di negeri ini yang masih membutuhkan orang-orang bijak dan tegas dalam mengambil keputusa

Bukan tentang Azalea, tapi Hujan Sore yang Menghujam

Adalah hakku untuk meruntuhkan pusi ini dan menjadikannya berkeping-keping, hingga akhirnya partikelnya terbang menuju hatimu yang tak sebatas kata rindu. Malam ini akan kusampaikan padamu wahai sosok yang gundah... Jauh- memang jauh, sangat jauh, jauh sekali. Beragam bingkai telah membatasi, beragam cermin telah mengosongkan, beragam udara menghembuskan, harusnya tak perlu badai dalam mencinta, harusnya tak perlu luka apalagi menghujani diri dengan air mata, harusnya.. Sampai pada titik di mana tidak ada lagi ratapan di dalam hati, tak ada rasa yang meneggelamkan pada setiap insan, di titik itu aku masih meradang, menerjang, memulung, karena mungkin saja akau masih temukan sisa cinta yang bisa kuberikan untuk meruntuhkan kehampaan... Lagi-lagi aku terjebak, terjebak dalam kedilemaan, akau ingin hengkang engkau masih menarikanya. Atas nama cinta kau menarikku perlahan-lahan hingga aku terseret dan entah ke mana yang jelas aku di ruang hatimu Hu itu aku, jan itu kamu ak

Ada Maling di Museum Nasional

    Ada Maling di Museum Nasional Museum nasional kali ini sedang berduka, tidak lain karena beberapa koleksi yang dimilikinya hilang begitu saja tanpa ada jejak yang jelas. Lantas seperti apakah pengamanan yang selazimnya diperlakukan di area vital seperti museum nasional ini ? tentunya melihat kejadian ini menujukkan bahwa museum yang sepatutnya mendapat prioritas keamanan seperti yang dilakukan di negara-negara maju belum dilakukan di negara Indonesia ini.                                                                 “Jas Merah” ‘jangan sekali-kali melupakan sejarah’ itulah pesan Bung Karno sebagai pelaku sejarah di negeri ini, bahwa kesadaran akan adanya eksistensi sebuah negara dapat dilihat dari riwayat perjalanannya baik lisan, tulisan, maupun artefak. Bangsa Indonesia yang memiliki peninggalan sejarah, tentunya patut berbangga dengan hal tersebut karena semua ini menunjukkan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang beradab dan bangsa yang besar sehingga dapat memacu laju

Reformasi Kedelai

Reformasi Kedelai Mogoknya pengusaha tempe dan tahu untuk berproduksi memang bukan pertama kalinya terjadi, pengusaha yang kesehariannya berkecimpung dengan hasil pertanian bernama kedelai ini memprotes tingginya harga untuk mendapatkan kedelai. Dapat dimaklumi, kedelai yang beredar di Indonesia adalah kedelai impor yang tentunya sangat reaktif dengan melemahnya nilai rupiah yang mencapai Rp 11.000 per dolar AS.                                                                                         Kebijakan pemerintah dalam menciptakan swasembada pangan termasuk kedelai belum terlihat hasilnya bahkan terkesan gagal karena negara ini masih mengimpor ribuan ton kedelai untuk konsumsi masyarakat dalam negeri. Rekayasa pertanian yang dilakukan tidak seberapa hasilnya untuk menutup kebutuhan yang ada. Para sarjana pertanian pun lebih banyak yang tidak turun ke lapangan untuk melakukan sebuah perubahan mendasar karena banyak dari mereka yang beralih profesi, padahal peran mereka di