Skip to main content

Posts

Showing posts from 2016

Ziarah ke Tanah Legenda: Krakatau

Agustus mau apa? Agustus mau ke mana? Sebuah pertanyaan yang terbesit dalam hati. Lalu pada sebuah malam seolah saya meendapat ilham untuk mengunjungi sebuah tempat, salah satu tempat yang saya rindukan untuk dikunjungi: Krakatau. Awalnya sih pingin mengunjungi gunung-gunung di sekitar Jawa saja, tapi sepertinya sudah mulai ramai menjelang Agustusan. Sedikit agak nekat di tengah kesibukan mengajar, saya dan seorang rekan kerja saya membuat kesepakatan untuk mengeksekusi rencana perjalanan ke Krakatau. Rekan kerja sekaligus rekan “mbolang” yang biasa menemani perjalanan ke berbagai tempat eksotis. Jadi ke Krakatau apalagi open trip seperti ini agak terpaksa karena kalau gak ikut yang beginian agaknya susah menuju “negara api” tersebut. Haa Booking lewat WA langsung direspon sama crew perjalanan dan disuruh langsung membayar DP di hari itu juga. Akhirnya kami membayar sekian dollar haa, dengan ini kami resmi menjadi calon peserta sebelum melunasi biaya di Pelabuhan Merak,

Gunung Bongkok: 90 Derajat Kerinduan (Jilid 2)

Sabtu, 30 April 2016 setelah sebelumnya sudah direncanakan akhirnya saya dan pak Budi berangkat juga sekitar pukul 16.30 wib naik bus Primajasa Cikarang-Bandung. Niatnya sih berangkat naik kereta Lokal Jakarta-Purwakarta pada siang hari, tetapi karena ada kegiatan di sekolah untuk mengurus kegiatan anak-anak akhirnya kami harus menunda keberangkatan. Karena berangkatnya sore sampai di Purwakarta pun langit sudah gelap, sekitar pukul 19.30 wib kami akhirnya sampai di Ciganea. Bis Cikarang-Ciganea tarifnya Rp.10.000 dilanjutkan menuju Pasar Plered menggunakan elf Rp. 10.000. Di Plered karena sudah malam tidak ada angkot yang menuju ke Desa Bongkok maka kami pun naik ojek, setelah tawar menawar kami pun menuju lokasi dengan tarif yakni Rp. 30.000. Mungkin tarif tersebut sudaah manusiawi karena pengalaman sebelumnya untuk menuju Desa Bongkok harus menempuh perjalanan yang jauh dan melewati tanjakan serta tikungan apalagi di malam hari, jalanannya juga masih banyak yang rusak. Ji

Menembus Kabut Ciremai

Dimulai dari sebuah rencana perjalanan untuk mengisi liburan panjang akhir pekan di bulan Mei 2016 (lebih tepatnya 6-8 Mei), akhirnya kami memutuskan untuk mendaki Ciremai. Saya  dan Pak Budi menyiapkan beberapa hal dari bekal sampai rencana jalur pendakian yang akan kita lalui. Di antara Linggarjati, Palutungan, dan Apuy kami akhirnya memutuskan untuk mendaki dari jalur Palutungan yang bagi kami lebih logis dalam segi persiapan fisik maupun bekal, karena jalur Linggarjati terlalu jauh dan lebih ekstrim apalagi kami hanya bertiga. Selain saya dan Pak Budi ada Pak Toha yang ikut. Pak Toha salah satu rekan kerja kami yang ingin ikut, dia belum pernah mendaki ddan measa penasaran dengan ajakan kami yang memang kekurangan personil. Akhirnya setelah mempersiapkan berbagai hal, seperti perlengkapan dan konsumsi kami pun  memantapkan diri untuk berangkat pada Jumat, 6 Mei 2016. Sekitar pukul 08.00 Wib kami berangkat menggunakan Bis Primajasa jurusan Cikarang – Bandung karena kami akan

Gunung Slamet: Dalam Jebak Mitos dan Apriori

Sudah lebih setahun rencana ini, tapi selalu terkendala oleh waktu yang tak pas. Meski sejak kecil melihat gunung ini tetapi justru rencana mendaki Slamet selalu dibumbui apriori-apriori yang kadang memberatkan diri untuk ke sini. Mitos-mitos orang tua dan masyrakat di sekitar tempatku kadang membuat nalarku terbawa angin. Namun pada kahir tahun 2015 lalu saya janjian dengan beberapa teman alumni SMA ku. Sekitar tanggal 24-25 Desember kami merencanakan pendakian, tapi di saat saya sudah mempersiapkan diri termasuk fisik yang masih begitu lemah karena dalam pemulihan pasca tipes eh tak taunya harus gagal karena ada tugas tambahan di tempat kerja. Akan ada akreditasi di sekolah tempat saya mengajar pada tanggal 26 Desember sehingga waktu liburpun dibuat untuk lembur agar lebih matang saat tim akreditasi datang. Akhirnya gagal ikut teman-teman ke Slamet, padahal saya yang merencanakan. Tapi dalam keesedihan tersebut ada sedikit angin segar karena teman SMA ku yang bernama Pandu jug