Skip to main content

Guratan Musim


Sajak Peralihan


Spanduk melayang-layang, melambai
Bolong atau apalah berlubang
Menggigil terkena angin malang peralihan, tak tenang
Reklame turut bergoyang, mengecoh
Sedikit menjijikan, gambar erotis
Sekian spanduk dan reklame bergambar kunang-kunang
Wajah-wajah serayap,semena, cecunguk penuh harap
Pilih aku, maka ku akan dan akan, caleg, si calon gebleg
Sajak peralihan musim, menimpa, kaku
Tak bernama hanya berkisah, sporadis, spontan
Lantun melantur  menegur, tak koheren
Gerimis berkicau merundukkan debu-abu wasiat , menyentak
Memang berjarak, tapi bintang yang terlihat sama
Sajak Peralihan
Berkisah kerinduan di bukit selayar, bukit beratap lintang, beralas embun, selimut senyap
Sajak Peralihan
Biarkan musim berganti,  menggelorakan lantunan abadi
Meratap basahnya langit, mencurah, menjatuhi
Berujar, menabur, merangkul, menyandang, meradang, mengalun wujud peraduan
Sajak peralihan 
Salam rinduku pada hujan yang hampir pudar
Ia membasahiku, membasahi rindu, mebasahi kasih
Sajak peralihan
Musim beradu, melahap rimbun, melabuh tepi
Semoga langit tetap menebar sinar pancar
Tak enggan, meski musim beralih, rindu memburam, cinta membeku, pasrah
Sajak Peralihan
Takkan ku lupa
Takkan cuil
Henti 

Purnama di Atas Margonda
Malam melampaui batas-batasnya
Merekah, membinal, dan menggoda
Purnama datang menyemukan bayangan atas angan
Meremukkan taji misteri yang tersimpan
Menguak janji-janji yang beruban
Menodai wajah-wajah yang terkenang
Sesaat memang berpikir picik atas segala kefanaan
Terlantun tapi tak menuntun
Terucap tapi menancap
Stagnan dan terkekang
Purnama yang aku lupa
Menganga berupaya
Mengawal sebuah jejak  
Jejak yang tak bernama
Menemani mosaya-mosaya yang papa
Menautkan kesan kerinduan
Sandi-sandi sakral terurai geram
Sempat membuka tabir
Bersinar
Berirama
Memancar
Menggeram, menggertak
Aspal-aspal kekar pun layu
Melekuk tak berdaya
Menjadi pecahan kaca
Berbisik-bisik angin peralihan
Mencerai sajak-sajak Tuhan atas purnama
Sajak yang suci tak terkirakan
Sajak Purnama, yang kadang merapuhkan hati kekar
Menyampaikan pesan suram kelampauan
Membawa kerangka janji
Purnama di atas Margonda
Begitu menawan tapi meremukkan
Purnama di atas Margonda
Menggoda dan menjatuhkan
Purnama di atas Margonda
Kokoh bercahaya tapi membui hati
Purnama di atas Margonda
Aku tak tahu lagi






Comments

Popular posts from this blog

Makhluk Paradoksal Itu Bernama Prabu Watu Gunung

Prabu Wat u G unu ng : Sebuah Tragedi Moralitas Perkawinana Anak dan Ibu Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau, dan tentunya memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, begitu juga dengan keanekaragaman masyarakat yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga melahirkan budaya-budaya yang beranekaragam pula dengan nilai yang tak terhingga. Nenek moyang bangsa Indonesia adalah manusia yang penuh dengan kekreativitasan dalam berkarya seni dan pandai dalam memaknai dan mengelolah segala yang ada di alam sekitar. Bukti-bukti sejarah telah memberikan pemahaman akan hal tersebut, baik itu dalam bentuk situs seperti candi maupun peninggalan lain dalam bentuk tulisan yang terangkai indah dalam prasasti maupun teks-teks yang terwariskan. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan kondisi masy a rakat sekarang yang cenderung bangga terhadap budaya asing yang terkesan lata .

Point Of View Pertunjukan Wayang Kulit: Lakon Kumbakarno Gugur Dalam Kaitannya dengan Kehidupan Politik Berbangsa dan Bernegara di Indonesia

Pendahuuan Wayang sebagai kebudayaan nasional memiliki sejarah panjang dalam berbagai konteks dan dinamika kehidupan di Nusantara hingga menjadi negara yang bernama Indonesia. Menjadi alat ritual sesembahan terhadap dewa, menjadi alat dakwah, menjadi alat seni pertunjukan untuk menghibur masyarakat, hingga menjadi alat kekuasaan orang-orang yang berkuasa yang  berusaha memanfaatkannya, baik untuk suksesi diri dan golongannya maupun penanaman ideologi kepada orang lain melalui wayang. Dinamika perpolitikan di negri ini pun ada kalanya selalu dikaitkan dengan kehidupan dalam dunia wayang, baik itu nilai-nilai moralitas dalam wayang hingga hakikat penciptaan manusia dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sering di gambarkan dalam  wayang. Beberapa tokoh pergerakan nasional sering juga mengidentitaskan dirinya sebagai salah satu tokoh wayang yang tentunya dapat disimpulkan bahwa ia mencita-citakan dirinya sebagai orang yang ideal layaknya dalam kehidupan wayang ataupun sekedar

Curug Bengkelung, Geopark Mini di Selatan Pekalongan

Pekalongan tak kehabisan dengan objek wisata favorit, hal ini tak lepas dari munculnya spot-spot wisata baru yang memang tersebar di kabupaten ini. Wilayah utara berbatasan dengan pantai (Laut Jawa) dan wilayah selatan merupakan daerah perbukitan hijau yang luas yang tentu menyimpam sejumlah potensi pariwisata. Salah satu yang baru-baru ini menjadi daya tarik sejumlah wisatawan adalah Curug Bengkelung yang terletak di bagian selatan Kabupaten Pekalongan. Eksotisme alam berusaha ditawarkan tempat wisata ini, yakni perpaduan air terjun dan tebing berbatu yang alami. Meski terletak di daerah perbukitan, kerja sama masyarakat dan dinas pariwisata cukup baik sehingga potensi wisata yang sebelumnya kurang dikenal ini makin diminati, di antaranya adalah pembangunan akses jalan ke Curug Bengkelung yang begitu terawat serta adanya loket resmi untuk pembelian tiket para travelermenjadikan objek wisata ini nyaman dan terkondisikan tanpa calo atau preman. Sejumlah fasilitas pun