Skip to main content

Derasnya Bengkawah, Sejuknya Cibedil

Kemarin, Rabu (28 Desember 2016) saya berniat mengelilingi sudut-sudut alam Pemalang. Kali ini saya ditemani sahabat  saya yang bernama Widodo. Saya mungkin pernah pergi untuk melihat keindahan alam daerah lain dari ujung Jawa bagian timur hingga ke ujung Jawa bagian barat bahkan ke luar pulau tetapi sebagai orang yang lahir di Pemalang saya justru kurang familiar dengan sudut-sudut daerah ini yang tentu membuat saya penasaran.



Dimulai dengan motivasi tersebut saya pun melakukan trip bersama Dodo (panggilan akrabnya) menggunakan sepeda motor.  Sekitar 1,5 jam perjalanan saya sampai di tujuan awal yakni Curug Bengkawah yang berada di Randudongkal. Curug ini masih cukup asri karena akses menuju ke curug yang belum memadai sehingga belum banyak yang mengunjunginya. Saat di Curug juga diberitahu oleh warga sekitar untuk berhati-hati saat bermain di area Curug karena konon sangat dalam. Air yang mengalir dari atas tampak deras dengan dua aliran air yang berbeda, derasnya air mengingatkan saya pada air terjun Niagara yang sering saya tonton di TV. Derasnya air dan kedalaman Curug Bengkawah ini pulalah yang beberapa kali meenyebabkan beberapa pengunjung menjadi korban. Kadang kita lupa untuk berhati-hai tanpa memedulikan keselamatan kita demi sebuah rasa penasaran.  Setelah menikmati keindahan ciptaan Tuhan tersebut saya menuju destinasi selanjutnya yakni Curug Cibedil.



Lalu selanjutnya kami menuju Curug Cibedil  yang ada di Moga. Sempat nyasar namun akhirnya kami mnemukan juga. Berada di sekitaran akses jalan menuju Guci tepatnya di Desa Sima Moga, sehingga membuat Curug ini cukup dikenal dan ramai. Sampai di sana sudah ada puluhan orang yang menikmati keindahan Curug ini. Untuk masuk dikenai tarif Rp. 5000 perorang itu sudah termasuk biaya parkir kendaraan. Berbeda dengan Curug Bengkawah, saat di Curug Cibedil terlihat lokasi ini sudah dikelolah dengan baik dan rapih. Kalau di Bengkawah biaya masuk sama yaiitu Rp.5000 namun tidak mendapat tanda bukti berupa karcis alias masuk ke kantong pribadi. Curug Cibedil tampak tak sederas Curug Bengkawah, tempatnya juga terbuka untuk semua orang karena airnya tidak dalam, meski tetap hati-hati.



Mungkin perjalanan kali ini cukup dua curug dulu, semoga ada waktu dan kesempatan di lain hari sehingga bisa lebih luas menjelajahi alam Pemalang yang belum begitu dikenal banyak orang. Karena setahu saya masih banyak destinasi yang ada di Pemalang baik situs alam maupun situs budaya dan sejarah yang mesti dikunjungi. Seperti Pabrik Gula “Comal Baru”,  sehari sebelumnya saya juga sempat mengunjungi bekas Pabrik Gula peninggalan Belanda yang ada di Comal Baru. Konon sih dari sebuah buku yang pernah saya baca di perpustakaan daerah Pemalang (karangan sejarawan lokal), pada tahun 1800-an Pabrik Gula yang ada di Comal Baru menjadi salah satu penghasil gula terbesar di Hindia-Belanda dan di ekspor ke Eropa melalui kapal-kapal besar yang bersandar di Kali Comal.



Entah karena pengelolahan yang kurang maju dibanding daerah-daerah lain atau kurang tersosialisasikan daerah tujuan wisata yang ada sehingga masih minim wisatawan. Pastinya butuh kerja sama semua pihak agar daerah Pemalang dapat dikenal banyak orang lewat pariwisata, karena pengembangan wisata yang baik akan memajukan perkeonomian daerah yang terdampak maupun melambungkan nama daerah tersebut di kalangan masyarakat luas.


#PemalangNature   #TeropongPemalang   #PemalangMembaca
















Comments

Popular posts from this blog

Curug Bengkelung, Geopark Mini di Selatan Pekalongan

Pekalongan tak kehabisan dengan objek wisata favorit, hal ini tak lepas dari munculnya spot-spot wisata baru yang memang tersebar di kabupaten ini. Wilayah utara berbatasan dengan pantai (Laut Jawa) dan wilayah selatan merupakan daerah perbukitan hijau yang luas yang tentu menyimpam sejumlah potensi pariwisata. Salah satu yang baru-baru ini menjadi daya tarik sejumlah wisatawan adalah Curug Bengkelung yang terletak di bagian selatan Kabupaten Pekalongan. Eksotisme alam berusaha ditawarkan tempat wisata ini, yakni perpaduan air terjun dan tebing berbatu yang alami. Meski terletak di daerah perbukitan, kerja sama masyarakat dan dinas pariwisata cukup baik sehingga potensi wisata yang sebelumnya kurang dikenal ini makin diminati, di antaranya adalah pembangunan akses jalan ke Curug Bengkelung yang begitu terawat serta adanya loket resmi untuk pembelian tiket para travelermenjadikan objek wisata ini nyaman dan terkondisikan tanpa calo atau preman. Sejumlah fasilitas pun ...

Cerahnya Langit Kerinci di Awal Tahun 2019

Gunung Kerinci bagi sebagian orang tentu menjadi tempat yang menyeramkan untuk didaki, mengingat gunung ini adalah gunung berapi tertinggi di Indonesia dengan ketinggian mencapai 3805 MDPL. Ditambah lagi kini sudah memasuki musim penghujan yang tentu banyak ancaman dari alam yang mengintai kapanpun, seperti longsor dan petir. Namun hal itu tidak menyurutkan sejumlah pendaki untuk menikmati pergantian malam tahun baru 2019 di atap Sumatra itu. Bisa dikatakan mereka berusaha menolak rasa takut akan berbagai hal buruk yang kapanpun datang di musim hujan ini. Di sisi lain sebagai gunung yang tinggi, Kerinci memiliki medan yang cukup berat dan khas yang tentunya tidak mudah ditaklukkan. Namun ada Kuasa Tuhan di sini, berdasarkan pengamatan kami selama mengikuti pendakian Kerinci bersama sebuah komunitas pendaki asal Jakarta dan Lampung dari tanggal 31 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019 langit tampak cerah dan hampir setiap pos pendakian terisi penuh sejumlah pendaki yang men...

Sumpah Pemuda The Generation

Agent Of Primitive Tentu masih terngiang dibenak semua saudara sebangsa dan setanah air, rekan-rekan mahasiswa dan semua masyarakat akan kejadian bentrok fisik antar mahsaiswa UNM (Universitas negeri Malang) yang kemudian berlanjut dengan tewasnya dua korban jiwa dari Mahasiswa. Tindakan yang seringnya kita lihat di adegan film yang menampilkan kehidupan masyarakat primitif telah terjadi secara aktual dan ironinya hal tersebut terjadi di dunia pendidikan, yang lebih memalukannya hal tersebut terjadi di wilayah perguruan tinggi negeri yang tentunya mengususng Tridharma perguruan tinggi dan mendengungkan agent of change. Nilai-nilai kemanusiaan yang sering diteriakkan oleh mahasiswa hanya sebatas awang-awang atau utopia jika melihat kondisi mahasiswa yang labil seperti kajadian di kampus UNM. Morat-maritnya mental pelajar yang dibuktikan dengan rangkaian aksi tawuran pelajar dari sekolah menengah hingga sekolah tinggi menunjukkan belum sempurnyannya pendidikan moralitas di neger...